·
I. TUJUAN
1. Mampu melakukan analisiskualitatif ion-ion anorganik dalam urin
2. Mampu menentukan kandungan ion-ion anorganik dalam urin
1. Mampu melakukan analisiskualitatif ion-ion anorganik dalam urin
2. Mampu menentukan kandungan ion-ion anorganik dalam urin
II. ALAT
1. Cincin besi dan penahannya
2. Kertas lakmus merah
3. Botol sampel
4. Tabung reaksi dan rak
5. Kawat nikrom
6. Kasa asbes
7. Pipet tetes
8. Lampu spiritus
9. Gelas beker 100mL
1. Cincin besi dan penahannya
2. Kertas lakmus merah
3. Botol sampel
4. Tabung reaksi dan rak
5. Kawat nikrom
6. Kasa asbes
7. Pipet tetes
8. Lampu spiritus
9. Gelas beker 100mL
III. BAHAN
1. Urin
2. HNO3 6M
3. NaOH 6M
4. HCl 6M
5. (NH4)2SO4 O,02M
6. BaCl2 0,1M
7. NaCl 0,1M
8. CuSO4 0,1M
9. Ca(NO3)2 0,01M
10. (NH4)2C2O4 0,2M
1. Urin
2. HNO3 6M
3. NaOH 6M
4. HCl 6M
5. (NH4)2SO4 O,02M
6. BaCl2 0,1M
7. NaCl 0,1M
8. CuSO4 0,1M
9. Ca(NO3)2 0,01M
10. (NH4)2C2O4 0,2M
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji ion Natrium
• Standar
a) Dibersihkan kawat mikro dengan HCl 6M
b) Dimasukkan kawat bersih dalam 2mL NaCl 0,1M dalam tabung reaksi
c) Dipanaskan dalam nyala pada daerah oksidasi
d) Dihasilkan warna kuning yang kuat dan menunjukkan adanya ion Natrium
• Urin
a) Diambil 2mL urin dimasukkan dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes HCl 6M
c) Dimasukkan kawat bersih dalam urin yang telah diasamkan
d) Dipanaskan dalam nyala api
e) Diamati apa yang terjadi
f) Hasil
• Standar
a) Dibersihkan kawat mikro dengan HCl 6M
b) Dimasukkan kawat bersih dalam 2mL NaCl 0,1M dalam tabung reaksi
c) Dipanaskan dalam nyala pada daerah oksidasi
d) Dihasilkan warna kuning yang kuat dan menunjukkan adanya ion Natrium
• Urin
a) Diambil 2mL urin dimasukkan dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes HCl 6M
c) Dimasukkan kawat bersih dalam urin yang telah diasamkan
d) Dipanaskan dalam nyala api
e) Diamati apa yang terjadi
f) Hasil
2. Uji ion Ammonium
• Standar
a) Dipasang cincin besi dan penahannya, kasa asbes, lampu spiritus dan gelas beker 100mL
b) Dipanaskan air 50mL hingga mendidih
c) Ditambahkan 10 tetes NaOH 6M pada 2mL (NH4)2SO4 0,02M pada tabung
d) Dibasahi lakmus merah dengan akuades dan diletakkan dimulut tabung reaksi
e) Ditempatkan tabung reaksi dan lakmus merah dalam beker yang berisi air panas
f) Diamati apa yang terjadi
g) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes NaOH 6M
c) Dibasahi lakmus merah dengan akuades dan diletakkan dimulut tabung reaksi
d) Ditempatkan tabung reaksi dan lakmus merah dalam beker yang berisi air panas
e) Diamati apa yang terjadi
f) Hasil
• Standar
a) Dipasang cincin besi dan penahannya, kasa asbes, lampu spiritus dan gelas beker 100mL
b) Dipanaskan air 50mL hingga mendidih
c) Ditambahkan 10 tetes NaOH 6M pada 2mL (NH4)2SO4 0,02M pada tabung
d) Dibasahi lakmus merah dengan akuades dan diletakkan dimulut tabung reaksi
e) Ditempatkan tabung reaksi dan lakmus merah dalam beker yang berisi air panas
f) Diamati apa yang terjadi
g) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes NaOH 6M
c) Dibasahi lakmus merah dengan akuades dan diletakkan dimulut tabung reaksi
d) Ditempatkan tabung reaksi dan lakmus merah dalam beker yang berisi air panas
e) Diamati apa yang terjadi
f) Hasil
3. Uji ion Kalsium
• Standar
a) Ditambahkan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M pada 2mL Ca(NO3)2 0,01M pada tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M
c) Dilarutkan beberapa menit
d) Diamatai apa yang terjadi
e) Hasil
• Standar
a) Ditambahkan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M pada 2mL Ca(NO3)2 0,01M pada tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M
c) Dilarutkan beberapa menit
d) Diamatai apa yang terjadi
e) Hasil
4. Uji ion Klorida
• Standar
a) Ditambahkan 5 tetes CuSO4 0,1M pada 2mL NaCl 0,1M dalam tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes HNO3 6M
c) Ditambahkan 5 tetes CuSO4 0,1M
d) Diamati apa yang terjadi
e) Hasil
• Standar
a) Ditambahkan 5 tetes CuSO4 0,1M pada 2mL NaCl 0,1M dalam tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 10 tetes HNO3 6M
c) Ditambahkan 5 tetes CuSO4 0,1M
d) Diamati apa yang terjadi
e) Hasil
5. Uji ion Sulfat
• Standar
a) Ditambahkan 10 tetes BaCl2 0,1M pada 2mL (NH4)2SO4 0,02M dalam tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 5 tetes HCl 6M
c) Ditambahkan 10 tetes BaCl2 0,1M
d) Diamati apa yang terjadi
e) Hasil
• Standar
a) Ditambahkan 10 tetes BaCl2 0,1M pada 2mL (NH4)2SO4 0,02M dalam tabung reaksi
b) Diamati apa yang terjadi
c) Hasil
• Urin
a) Dimasukkan 2mL urin dalam tabung reaksi
b) Ditambahkan 5 tetes HCl 6M
c) Ditambahkan 10 tetes BaCl2 0,1M
d) Diamati apa yang terjadi
e) Hasil
V. PEMBAHASAN
Komposisi materi yang terdapat dalam
urin memberikan banyak informasi metabolisme tubuh. Umumnya adalah urea, asam
urat, asam laktat, dan asam sulfat. Berikutnya adalah ion Cl- dan Na+. Ion
anorganik lain dengan konsentrasi 0,01% atau lebih dalam individu sehat
meliputi NH4+, K+, Ca2+, PO43-, dan SO42- . pH dalam urin sekitar 4,5 sampai
7,5.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Anonimous, 2011).
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat (Anonimous, 2011).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan fungsinya secara homeostatik. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis, misalnya masukan diet, bebagai proses dalam tubuh, suhu lingkungan, stress, mental dan fisik (Scanlon dan Sanders, 2000).
Faktor yang mempengaruhi urin adalah: 1)jumlah air yang diminum, 2) sistem saraf, 3) hormon ADH, 4)banyak garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap, 5)pada penderita diabetes mellitus, pengeluaran glukosa diikuti oleh kenaikan volume urin (Thenawijaya, 1995).
Materi yang terkandung dalam urin dapat diketahui melalui analisa kuantitatif dan analisa kualitatif. Analisa kuantitatif adalah analisa untuk mengetahui jumlah atau konsentrasi zat. Sedangkan analisa kualitatif adalah analisa untuk megetahui ada atau tidaknya kandungan zat tanpa melihat kuantitasnya. Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan metode konvensional atau instrumental. Cara konvensional dapat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan pereaksi yang khas untuk zat yang diinginkan. Sedangkan analisa dengan instrumental dilakukan dengan menggunakan instrument tertentu, misalnya dengan kromatografi.
Pada percobaan ini dilakukan tes urin untuk mendeteksi adanya ion-ion Na+, NH4+, Ca2+, Cl- , dan SO42- . Untuk mengetahui masing-masing ion, sebelumnya dilakukan tes pada larutan standar yang sudah diketahui kandungan ionnya.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Anonimous, 2011).
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat (Anonimous, 2011).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan fungsinya secara homeostatik. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis, misalnya masukan diet, bebagai proses dalam tubuh, suhu lingkungan, stress, mental dan fisik (Scanlon dan Sanders, 2000).
Faktor yang mempengaruhi urin adalah: 1)jumlah air yang diminum, 2) sistem saraf, 3) hormon ADH, 4)banyak garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap, 5)pada penderita diabetes mellitus, pengeluaran glukosa diikuti oleh kenaikan volume urin (Thenawijaya, 1995).
Materi yang terkandung dalam urin dapat diketahui melalui analisa kuantitatif dan analisa kualitatif. Analisa kuantitatif adalah analisa untuk mengetahui jumlah atau konsentrasi zat. Sedangkan analisa kualitatif adalah analisa untuk megetahui ada atau tidaknya kandungan zat tanpa melihat kuantitasnya. Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan metode konvensional atau instrumental. Cara konvensional dapat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan pereaksi yang khas untuk zat yang diinginkan. Sedangkan analisa dengan instrumental dilakukan dengan menggunakan instrument tertentu, misalnya dengan kromatografi.
Pada percobaan ini dilakukan tes urin untuk mendeteksi adanya ion-ion Na+, NH4+, Ca2+, Cl- , dan SO42- . Untuk mengetahui masing-masing ion, sebelumnya dilakukan tes pada larutan standar yang sudah diketahui kandungan ionnya.
1. Analisa ion Natrium
Ion Natrium dapat di deteksi dari
karakteristik yang dipancarkan oleh pemanasan kuat dari bunsen. Pada larutan
standar dihasilkan warna kuning kuat saat kawat nikrom dicelupkan lalu
dipanaskan pada nyala oksidasi bunsen. Sedangkan pada sampel urin yang telah
ditambah HCl, juga menghasilkan warna kuning yang kuat saat kawat nikrom di
panaskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel urin mengandung ion Natrium.
Na+ dapat dideteksi dari karakteristik warna kuning kuat saatdipanaskan. Natrium tidak tereksitasi memiliki konfigurasi 1s2, 2s2, 2p6. Jika dipanaskan, electron akan mendapat energy untuk berpindah ke orbital kosong(tereksitasi) pada level lebih tinggi, tergantung berapa banyak energi yang diserap. Perpindahan electron ini akan melepaskan sejumlah energy yang dilihat sebagai cahaya dengan spectrum garis yang berwarna kuning. Panjang gelombang warna kuning adalah 560-590 nm.
Na+ dapat dideteksi dari karakteristik warna kuning kuat saatdipanaskan. Natrium tidak tereksitasi memiliki konfigurasi 1s2, 2s2, 2p6. Jika dipanaskan, electron akan mendapat energy untuk berpindah ke orbital kosong(tereksitasi) pada level lebih tinggi, tergantung berapa banyak energi yang diserap. Perpindahan electron ini akan melepaskan sejumlah energy yang dilihat sebagai cahaya dengan spectrum garis yang berwarna kuning. Panjang gelombang warna kuning adalah 560-590 nm.
2. Analisa ion Ammonium
Ion ammonium diuji dengan penambahan
larutan NaOH dan kemudian dilakukan pengujian dengan kertas lakmus. Uap
ammonium yang dihasilkan dapat merubah kertas lakmus merah menjadi biru. Pada
larutan standar, larutan(NH4)SO4 ditambahkan NaOH lalu dipanaskan dan ketika
kertas lakmus merah diletakkan di mulut tabung reaksi maka kertas lakmus
tersebut berubah menjadi biru. Sedangkan untuk sampel urin juga ditambahkan
larutan NaOH kemudian dipanaskan. Gas NH3 yang terlarut dalam air dapat
mengubah kertas lakmus merah yang diletakkan di mulut tabung menjadi biru.
Gs amoniak yang dihasilkan dari pemanasan tersebut dapat merubah kertas lakmus menjadi biru karena amoniak bersifat basa. Dengan adanya perubahan kertas lakmus merah menjadi biru pada uji terhadap urin, maka dapat disimpulkan bahwa urin tersebut mengandung ion ammonia(NH4+)
Reaksi yang terjadi adalah:
Gs amoniak yang dihasilkan dari pemanasan tersebut dapat merubah kertas lakmus menjadi biru karena amoniak bersifat basa. Dengan adanya perubahan kertas lakmus merah menjadi biru pada uji terhadap urin, maka dapat disimpulkan bahwa urin tersebut mengandung ion ammonia(NH4+)
Reaksi yang terjadi adalah:
NH4+ + OH- NH3 + H2O
3. Analisa ion Kalsium
Ion kalsium dapat dideteksi dari
terbentuknya endapan putih tajam CaC2O4 yang terbentuk secara perlahan. Warna
putih dapat tidak nampak jika urin berwarna kuning tajam. Dalam hal ini keadaan
suram menunjukkan adanya ion kalsium.Sebagai standarnya 2mL Ca(NO3)2 0,01M
ditambahkan dengan 10 tetes ammonium oksalat 0,2M terbentuk endapan putih tajam
CaC2O4.
Pada sampel urin. Diambil 2mL urin kemudian ditambahkan dengan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M dan larutan menjadi berwarna kuning keruh dan terbentuk sedikit endapan putih. Membuktikan bahwa sampel urin mengandung ion NH4+.Pada percobaan ini menghasilkan reaksi sebagai berikut
Pada sampel urin. Diambil 2mL urin kemudian ditambahkan dengan 10 tetes (NH4)2C2O4 0,2M dan larutan menjadi berwarna kuning keruh dan terbentuk sedikit endapan putih. Membuktikan bahwa sampel urin mengandung ion NH4+.Pada percobaan ini menghasilkan reaksi sebagai berikut
Ca2+ + C2O42- (CaC2O4)
4. Analisa ion Klorida
Ion klorida dapat diidentifikasi
dari larutan berwarna hijau CuCl2 yang didapatkan dari penambahan 5 tetes CuSO4
0,1M pada 2mL NaCl 0,1M sebagai standarnya. Tetapi pada sampel urin sebanyak
2mL yang ditambahkan 10 tets HNO3 6M ( untuk menceah interferensi ion PO43-
terhadap tes Cl ). Kemudian ditambahkan 5 tetes CuSO4 0,1M akan terbentuk
endapan putih CuCl2. Hal tersebut menunjukkan adanya ion Cl-. Namun dalam
percobaan ini menghasilkan larutan berwarna kuning bening dan tidak terbentuk
endapan putih. Hal ini mungkin disebabkan karena larutan yang ditambahkan
seteah HNO3 pada sampel urin bukanlah larutan CuSO4 melainkan yang digunakan
seharusnya adalah larutan AgNO3 sehingga akan terbentuk endapan putih.
Endapan tersebut membuktikan bahwa kinerja organ hati dari orang tersebut kurang normal sehingga proses netralisis yang dilakukan terhadap zat-zat tertentu menjadi tidak berlangsung sempurna. Klorida merupakan ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion. Klorida yang terdapat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl). Pada percobaan ini menghsilkan reaksi sebagai berikut :
Cu2+ + 2Cl- CuCl2
Endapan tersebut membuktikan bahwa kinerja organ hati dari orang tersebut kurang normal sehingga proses netralisis yang dilakukan terhadap zat-zat tertentu menjadi tidak berlangsung sempurna. Klorida merupakan ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion. Klorida yang terdapat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl). Pada percobaan ini menghsilkan reaksi sebagai berikut :
Cu2+ + 2Cl- CuCl2
5. Analisa ion Sulfat
Ion sulfat dapat diidentifikasi
dengan adanya endapan putih BaSO4 yang terbentuk. Sebagai standarnya 2mL
(NH4)2SO4 0,02M ditambahkan dengan 10 tetes BaCl2 0,1M terbentuk endapan putih.
Pada sampel urin, diambil 2mL urin kemudian ditambahkan dengan 10 tetes BaCl2 0,1 M dan menghasilkan endapan putih dalam larutan yang masih berwarna kuning. Hal tersebut menunjukkan bahwa urin mengndung ion sulfat dn warna larutan yang masih kuning, menunjukkan bahwa urin masih terinterfensi ion PO43-.
Pada 2mL sampel urin ditambahkan 5 tetes HCl 6M untuk mencegah ion terinterferensi ion PO43- terhadap tes SO42-. Seharusnya ion PO43- sudah habis bereaksi dengan HCl namun kenyataannya masih bereaksi. Mungkin disebabkan kurangnya konsentrasi HCl. Pada percoobaan ini menghasilkan reaksi sebagai berikut :
Ba2+ + SO42- BaSO4
Pada sampel urin, diambil 2mL urin kemudian ditambahkan dengan 10 tetes BaCl2 0,1 M dan menghasilkan endapan putih dalam larutan yang masih berwarna kuning. Hal tersebut menunjukkan bahwa urin mengndung ion sulfat dn warna larutan yang masih kuning, menunjukkan bahwa urin masih terinterfensi ion PO43-.
Pada 2mL sampel urin ditambahkan 5 tetes HCl 6M untuk mencegah ion terinterferensi ion PO43- terhadap tes SO42-. Seharusnya ion PO43- sudah habis bereaksi dengan HCl namun kenyataannya masih bereaksi. Mungkin disebabkan kurangnya konsentrasi HCl. Pada percoobaan ini menghasilkan reaksi sebagai berikut :
Ba2+ + SO42- BaSO4
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah.
Test urine bertujuan untuk memeriksa komponen yang berbeda dari urine sebagai produk buang dari ginjal. Test urine yang teratur dilakukan untuk menemukan gejala-gejala penyakit. Hasil test dapat member informasi tentang kesehatan dan maslah seseorang. System rennin- angiotensin-aldosteron (RAAS) on (RAAS) supaya bagian dari putaran umpan baliks kompleks yang berfungsi dalam homeostatis (Watimena, 1989).
Zat tertentu yang terdapat didalam urin, meskipun dalam keadaan normal zat tersebut tidak tampak. Seperti glukosa, asaton, albumin, darah dan nanah. Berbagai keadaan ketidaknormalan komponen urin adalah : (a) Glikosuria, yaitu terdapatnya glukosa dalam air kemih. Hal ini merupakan gejala terlalu banyak makan gula, meningkatkan aktifitas kelenjar adranal yang mengakibatkan banyak penguraian glikogen dan pembebasan glukosa dari hati, hipoinsulin, yaitu berkurangnya jumlah insulin (b) Aseonaria, adalah terdapatnya senyawa keton dalam urin karena terlalu banyak mengkonsumsi lemak atau jumlah karbohidrat yang tersedia untuk pembakaran berkurang. Aseton juga terbentuk saat keadaan lapar. (c) Proteinuria, adalah salah satu keadan dimana satu macam protein plasma yang terdapat dalam urin. Seperti terdapatnya albumin dalam urin (albuminaria). Hal ini menunjukan gejala penyakit (d) hematuria, yaitu terdapatnya darah dala urin karena infeksi pada ginjal atau salah satu air kemih (Walungi, 1990).
Pemeriksaan urin rutin meliputi kimia (berat jenis, pH, leukosit esterase, nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, biliubin, darah), sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, kristal), dan makroskopis (warna dan kejernihan).
Manfaat Pemeriksaan: Mendiagnosis dan memantau kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK); dan mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik.
Urinalisis merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter karena persiapannya yang tidak membebani pasien (tidak perlu puasa)
Tujuan pemeriksaan urine adalah :
1. Mendiagnosa suatu penyakit, misal : infeksi saluran kencing, kecurigaan adanya batu saluran kencing, sindroma nefrotik dsb
2. Memantau perjalanan penyakit, misal pengobatan infeksi saluram kencing
3. Menentukan kemungkinan gangguan metabolisme, misal : diabetes militus, atau komplikasi kehamilan
Kelebihan Pemeriksaan urineadalah mudah dilakukan, biaya dapat terjangkau, dan banyak diminati oleh dokter.Ada beberapa macam peneriksaan yang menggunakan sampel dari urine diantaranya adalah:
1. Urine Lengkap
2. Test kehamilan
3. Test narkoba
http://www.cayalab.co.id/berita-173-pemeriksaan-urine.html
Tes urine biasanya digunakan perusahaan bagi para karyawan baru untuk menjalani prosedur penerimaan karyawan baru. Pada umumnya, tes urine meliputi deteksi keberadaan zat-zat yang seharusnya tidak terdapat dalam urine. Misalnya, protein, zat gula, bakteri, kristal-kristal tertentu dalam jumlah yang besar. Tes urine juga digunakan untuk mendeteksi kehamilan serta zat-zat narkoba. Penyakit yang dapat dideteksi melalui tes urine cukup banyak, antara lain penyakit ginjal, diabetes (kencing manis), gangguan hati (lever), eklampsia (pada wanita hamil), dan beberapa lagi lainnya. Pada penyakit-penyakit tersebut, tes urine tetap harus didampingi dengan pemeriksaan fisik. Sebab, tes urine hanyalah pelengkap atau penguat dugaan adanya penyakit dalam tubuh.
http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/kegunaan.tes.urine/005/005/226
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisa ion-ion anorganik dalam urin dilakukan dengan analisis kualitatif yang hanya mendeteksi ada tidaknya zat dalam sampel urin tersebut tanpa melihat kuantitasnya.
2. Kandungan ion-ion anorganik dalam urin pada percobaan ini adalah Na+, NH4+, Ca2+ dan SO42-
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisa ion-ion anorganik dalam urin dilakukan dengan analisis kualitatif yang hanya mendeteksi ada tidaknya zat dalam sampel urin tersebut tanpa melihat kuantitasnya.
2. Kandungan ion-ion anorganik dalam urin pada percobaan ini adalah Na+, NH4+, Ca2+ dan SO42-
DAFTAR PUSTAKA
Ali,I . 2008 . http://iqbalali.com./2008/02/10/urinalisis-analisis-keih/
diakses pada tanggal 20 Mei 2013
Banowati I, Reni . 2013 . Panduan Praktikum Kimia Anorganik II .
Yogyakarta : D III Analis Kimia FMIPA UII
Gonong, W.F. Fisiologi Kedokteran edisi 14 . Penerbit buku kedokteran .
EGC, alih bahasa oleh dr.Petrus Andrianto
Hidayat, dkk . 2006 . Mikrobiologi Industri . Yogyakarta : Andi Yogyakarta
diakses pada tanggal 20 Mei 2013
Banowati I, Reni . 2013 . Panduan Praktikum Kimia Anorganik II .
Yogyakarta : D III Analis Kimia FMIPA UII
Gonong, W.F. Fisiologi Kedokteran edisi 14 . Penerbit buku kedokteran .
EGC, alih bahasa oleh dr.Petrus Andrianto
Hidayat, dkk . 2006 . Mikrobiologi Industri . Yogyakarta : Andi Yogyakarta