Di berita, Jakarta nyaris kebanjiran, air yang jatuh dari langit
seakan tak mau berhenti seperti lingangan airmata anak anak dan
perempuan di jalur Gaza, bedanya hujan ini membuat saya mengeluh “kenapa
hujan terus, bikin repot” sementara kalian disana dihujani roket,
diberondong peluru dan tak mengeluh, bahkan tak mampu menangis karena
mengering airmata. Disini, siang ini, di negeri dengan penduduk Islam
terbanyak sedang terkantuk kantuk karena kekenyangan, dan disana anak
anak kecil, bayi merah, Ibu yang tak pernah lelah juga sedang terkantuk,
tapi kalian terkantuk karena menjaga tiap jengkal negerimu yg mulia
dengan perut kosong, rela airmata keluar untuk ALLAH, bahwa hidup bukan
hanya sekedar untuk makan, kami malu padamu Gaza
.
Kami disini biasa berdendang lirih mendengarkan lagu melow, bangga dengan kegalauan yang diciptakan Adele, Cakra Khan, Noah, ahhh!! masih pula sempat tersenyum dan tertawa menikmati dunia, sedang Perempuan dan anak anak di jalur Gaza sana berkumandang takbir “Allahu Akbar… Allahu Akbar” tiap hari dengan lumuran darah, menyaksikan kepulangan demi kepulangan suami, istri tercinta, anak anak yang bersimbah darah, airmata kami untuk dunia sedang kalian untuk ALLAH
Di rumah kami, di Indonesia ini AlQuran kami simpan rapi di lemari, seakan barang keramat yang tak boleh disentuh, pajangan penghias lemari buku agar terkesan alim dan solehah, sedang disana kalian baca AlQuran dan menghapalnya ditengah dentuman roket perang, diantara hidup dan mati, yang setiap helaan napas menjadi begitu berarti, kami khianat atas surat cinta ALLAH, kami mencari hidup dengan menjadikan internet sebagai jawaban dari hidup dan mati padahal AlQuran memiliki segala
.
• Kami iri padamu Gaza, kota mu kecil tak sesemrawut negara kita, tapi mampu membuat negeri Setan AS-Israel kehabisan akal hingga terlihat watak asli kePENGECUTANnya! di negeri kami pejabatnya turun ke kota jika diliput, pencitraan, disana pejabat kalian tidur bersama kalian, kelaparan bersama
Jangankan Qiyamulail, shubuh dimasjid bagi kami berat, shalat terasa beban hingga dilakukan diakhir waktu kerja, seakan rejeki adalah hasil jerih payah kami sedang disana kalian tak lepas dari ALLAH siang maupun malam kota sekecilmu tetap hidup,ditengah kelilingan tembok dan blokade, kami disni bebas tapi serasa “mati”, mati hati nurani kami karena cinta dunia
Melihat roket roket menebas langit dan desingan peluru di TV membombardir kota kecilmu, kami sadar betapa lalai diri ini,alpa,penuh keluh, tanpa syukur, entahlah, apakah diri ini mampu menyamai atau membersamai kalian dalam keimanan yang sedalam itu, kami benar2 iri padamu, tangis kami disini, hanya sebatas tangis iman saudara semuslim, tak akan mungkin menyamai tangisan kebanggaan kau disana, wahai ahlul
Kami yakin penjagaan ALLAH terhadap kalian telah jauh mendahului doa doa kami, tapi kami tak bosan mendoakanmu wahai mujahid
Pray for Gaza … Save Gaza …
.
Kami disini biasa berdendang lirih mendengarkan lagu melow, bangga dengan kegalauan yang diciptakan Adele, Cakra Khan, Noah, ahhh!! masih pula sempat tersenyum dan tertawa menikmati dunia, sedang Perempuan dan anak anak di jalur Gaza sana berkumandang takbir “Allahu Akbar… Allahu Akbar” tiap hari dengan lumuran darah, menyaksikan kepulangan demi kepulangan suami, istri tercinta, anak anak yang bersimbah darah, airmata kami untuk dunia sedang kalian untuk ALLAH
Di rumah kami, di Indonesia ini AlQuran kami simpan rapi di lemari, seakan barang keramat yang tak boleh disentuh, pajangan penghias lemari buku agar terkesan alim dan solehah, sedang disana kalian baca AlQuran dan menghapalnya ditengah dentuman roket perang, diantara hidup dan mati, yang setiap helaan napas menjadi begitu berarti, kami khianat atas surat cinta ALLAH, kami mencari hidup dengan menjadikan internet sebagai jawaban dari hidup dan mati padahal AlQuran memiliki segala
.
• Kami iri padamu Gaza, kota mu kecil tak sesemrawut negara kita, tapi mampu membuat negeri Setan AS-Israel kehabisan akal hingga terlihat watak asli kePENGECUTANnya! di negeri kami pejabatnya turun ke kota jika diliput, pencitraan, disana pejabat kalian tidur bersama kalian, kelaparan bersama
Jangankan Qiyamulail, shubuh dimasjid bagi kami berat, shalat terasa beban hingga dilakukan diakhir waktu kerja, seakan rejeki adalah hasil jerih payah kami sedang disana kalian tak lepas dari ALLAH siang maupun malam kota sekecilmu tetap hidup,ditengah kelilingan tembok dan blokade, kami disni bebas tapi serasa “mati”, mati hati nurani kami karena cinta dunia
Melihat roket roket menebas langit dan desingan peluru di TV membombardir kota kecilmu, kami sadar betapa lalai diri ini,alpa,penuh keluh, tanpa syukur, entahlah, apakah diri ini mampu menyamai atau membersamai kalian dalam keimanan yang sedalam itu, kami benar2 iri padamu, tangis kami disini, hanya sebatas tangis iman saudara semuslim, tak akan mungkin menyamai tangisan kebanggaan kau disana, wahai ahlul
Kami yakin penjagaan ALLAH terhadap kalian telah jauh mendahului doa doa kami, tapi kami tak bosan mendoakanmu wahai mujahid
Pray for Gaza … Save Gaza …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar